Rabu, 07 Maret 2018

Pelarangan Cadar?

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Beberapa waktu lalu terdengar keputusan yang membuat saya pribadi shock saat mendengarnya, pasalnya universitas yang menjadi tempat saya menimba ilmu harus menerapkan pelarangan cadar. Banyak berita simpang-siur bukan karena isunya hoax atau tidak melainkan alasan penerapan cadar itu sendiri. Saya tidak akan membahas mengenai siapa yang memberikan kebijakan dan siapa saja yang ikut campur di dalamnya namun saya akan lebih mengkritisi mengenai alasan pelarangan cadar tersebut.

 Hingga saat ini cadar menjadi momok yang kurang baik di mata masyarakat. Cadar masih diidentikkan dengan pakaian budaya orang Arab sehingga ada sebagian orang di Indonesia tidak setuju jika cadar diterapkan di Indonesia karena tidak sesuai dengan budaya . Tidak hanya itu, bahkan sebagian orang lainnya juga mengidentikkan cadar dengan aliran yang radikal. Subhanallah

Baiklah, jika cadar adalah pakaian orang radikal tentu mereka sudah melakukan aksi radikal yang membahayakan masyarakat dan pemerintah, bukan? Namun, jika kita melihat langsung maka kita tidak akan menemukan bahwa orang bercadar adalah orang-orang radikal yang notabene melekat dengan teroris. Sangat disayangkan, sebagian masyarakat di Indonesia juga berpandangan bahwa orang bercadar adalah bagian dari ISIS. Astaghfirullah, begitu banyak stigma negatif yang masih melekat pada orang bercadar di Indonesia.

Masya Allah, saya sendiri sampai tidak sadar bahwa masih banyak orang yang berpikiran semacam itu. Bahkan saya pribadi tidak terfikirkan bahwa orang diluar sana memiliki cara pandang semacam itu. Dan yang membuat saya tidak habis pikir adalah saya melihat sebuah berita bahwa pelarangan bercadar adalah sesuai dengan arahan menag yang menginginkan kampus Islam menerapkan Islam moderat.

Astaghfirullah, jujur saya tidak terpikirkan bahwa akan ada yang bilang Islam moderat, Islam Radikal maupun Islam Liberal dan ditambah lagi akhir-akhir gencar yang menerapkan Islam Nusantara. Saya tidak habis fikir dengan penggolonngan Islam semacam ini. Jika kita mempelajari Islam secara kaffah maka kita akan tau bahwa Islam itu ya Islam, tidak ada penggolongan semacam itu. Dan setelah Rasulullah dan muncurlnya umaro’ yakni para imam 4 mahdzab, tidak ada bukan Islam hambali atau sejenisnya? Tidak ada kan? Kenapa banyak orang yang termakan dengan penggolongan semacam itu, kita disini adalah muslim. Mempelajari pedoman yang sama yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits namun masih diantara kita yang sibuk dengan pemikiran kita masing-masing. Jika Anda ingin berijtihad maka kembali melihat diri kita, kita pantas tidak untuk berijtihad? Orang mujtahid harus memiliki kemampuan berpendapat yang seimbang dan berlandaskan ilmu yang dimiliki. Orang semacam ini tidak boleh sembarangan karena jika memutuskan sesuatu hanya dasar logika memungkinkan bisa menyesatkan diri.

Banyak masyarakat yang belum tahu bahwa cadar bukanlah budaya dari bangsa Arab melainkan sudah dianjurkan dalam Islam. Memang dalam Al-Qur’an dan hadits tidak ada penggunaan cadar melainkan berdasarkan pendapat dari imam 4 mahdzab bahwa cadar ini hukumnya sunnah (dianjurkan). Sebelum membahas mengenai cadar, saya akan membahas sedikit mengenai hijab bagi perempuan. Saya ingin mengingatkan kembali pakaian seorang muslimah menurut Islam.
Perempuan dalam Islam (muslimah) notabene adalah orang yang dimuliakan bahkan sangat mulia jika melaksanakan perintah Allah dan menjauhi yang dilarang-Nya. Bahkan seorang perempuan yang menjadi sudah menjadi istri adalah pakaian bagi suaminya sehingga harus menjaga diri dengan baik. Kadang kita tidak mengerti bagaimana menjadi muslimah yang baik, ukhtyfillah manusia itu tidak ada yang sempurna. Setiap orang pasti memiliki kesalahan namun untuk mencapai muslimah yang baik maka kita harus mengusahakannya.

Pakaian dalam Islam tidak hanya sekedar menutup diri saja melainkan juga sebagai wujud ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala. Dalam Qur’an surat Al- A’raf ayat ke 26, Allah berfirman bahwa Hai Anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada pakaian untuk menurupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.

Perintah Allah untuk menutup aurat itu sudah jelas sehingga haram hukumnya bagi perempuan yang sudah baligh keluar dengan membuka aurat. Di ayat lain juga mengatakan mengenai aurat yakni pada Qur’an surat An-Nur ayat 31, Allah berfirman ‘Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak padanya dan hedaklah mereka menutupkan kain jilbab ke dadanya.

Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Rasulullah shallallahi ‘alaihi wassalam bersabda kepada Asma’ radhiallahu ‘anhu, “Wahai Asma’ sesungguhnya wanita itu apabila telah dewasa tidak layak kelihatan darinya kecuali ini dan ini (sembari beliau menunjuk ke wajah dan kedua tangan beliau)”

Jadi sudah jelas, kan? Bahwa perempuan itu harus menurup aurat dengan sempuran yakni hanya menampakkan wajah dan tangan sehingga sepantasnya untuk mememperbaiki diri kita ya ukhtyfillah, jangan sampai membentuk tubuh. Dalam hadits juga mejelaskan mengenai masalah ini yakni  hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda “Ada dua golongnan dari penduduk meraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya: satu, suatu kaum yang memiliki cambuk seperti seekor sapi untuk memukul manusia, dan dua, para wanita berpakaian telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya walaupun baunya tercium selama perjalamam sekian dan sekian.
Naudzubillah min dzalik ya, sebaiknya sedini mungkin untuk segera hijrah. Yang dulunya suka berpakaian ketat dan memakai celana jeans, sekarang pindah dengan gamis yang lebih syar’i. Yang dulunya jilbab masih keliatan bentuk (maaf) dadanya sekarang berhijrah mengenakan khimar. Masya Allah, indah banget loh sebenarnya pakaian perempuan itu.

Meskipun sudah menggunakan pakaian syar’i sebaiknya hindari tabaruj yakni berhias atau keliatan menonjol. Sebab, tabaruj sama saja dengan yang dilakukan oleh orangg-orang jahiliyah bangsa Arab terdahulu. Maka dari itu, mari kita koreksi lagi ya ukhtyfillah, tujuan kita berpakaian syar’i itu untuk siapa sih? Bagaimana niat yang benar? Seorang muslimah itu sangat mulia termasuk rasa malu itu sendiri. Malu bisa menghindarkan diri kita dari rasa ujub, riya’ bahkan sombong. Dengan malu, muslimah akan terlihat lebih mulia di hadapan Allah.

Baiklah, setelah membahas mengenai berpakaian muslimah yang benar dan sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-hadits, saatnya untuk mengulas mengenai cadar. Kan penulis bilang bahwa aurat perempuan wajah dan tangan jadi nggak harus pakai cadar, dong? Benar, seperti yang sudah saya bilang diatas yang uktyfillah bahwa cadar hukumnya dianjurkan atau sunnah. Jadi kalau ada yang nggak make cadar ya silahkan dan yang pake cadar, silahkan malah jauh lebih baik.

Esensi cadar saat ini antara tren bagi yang sedang hijrah dan terkesan radikal bagi yang belum mengerti ilmunya. Walaupun banyak yang pro dan kontra mengenai mengenakan cadar sebaiknya kita saling menghargai. Seperti imam 4 madzab, mereka berbeda pendapat namun mereka saling menghargai dan tidak ada pertikaian, kenapa kita tidak bisa belajar dari mereka kan?

Memang cadar tidak diwajibkan bagi seorang muslimah namun imam 4 mahdzab mengatakan bahwa cadar sangat dianjurkan dalam kitabnya. Namun juga ada sebagian yang mengatakan bahwa hukum cadar adalah wajib.

Sebaiknya untuk menilai orang kita harus mengetahui terlebih dahulu ilmunya, bukan? Istilahnya yakni tabayyun, mencari tahu kebenarnya sebelum menyebarkan atau memberitakan ke orang lain. Agar lebih jelas bagaimana hukum cadar sebenarnya bagi seorang muslim, berikut beberapa pendapat mengenai cadar berdasarkan 4 mahdzab:

1. Mahdzab Hanafi
Mahdzab Hanafi mengatakan bahwa mengenakan cadar hukumnya dianjurkan (sunnah) bahkan menjadi wajib apabila dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah. Ulama-ulama mahdzab hanafi juga mengatakan hal serupa seperti dalam matan Nuruul lidhah bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat kecual wajah dan telapak tangan dalam serta telapak yangan luar, ini pendapat lebih shahih dan merupakan mahdzab kami.

Al imam Muhammad ‘Alaa-uddin dalam Ad Duur Al Muntaqa mengatakan bahwa seluruh badan wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dala,. Dalam suatu riwayat juga telapak tangan luar. Begitu pula dengan suaranya namun suara bukan aurat ketika dihadapan wanita. Jika cenderung menimbulkan fitnah maka dilarang menampakkan wajahnya.

2. Mahdzab Maliki
Mahdzab Maliki berpendapat bahwa aurat seorang perempuan adalah semuanya kecuali wajah. Sedangkan mengenakan cadar hukumnya adalah sunnah dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah. Bahkan sebagian ulama mahdzab ini mengatakan bahwa seluruh tubuh perempuan adalah aurat.

Berdasarkan ulama mahdzab ini, Az Zarqaani mengatakan dalam kitabnya yakni Syahr Mukhtashar Khalil bahwa aurat wanita di depan lelaki muslim ajnabi adalah seluruh tubuh selain wajah dan telapak tangan termasuk suara. Wajah dan telapak tangan dalam maupun luar boleh dinampakkan dan dilihat oleh laki-laki maupun wanit baik sekedar melihat maupun untuk tujuan pengobatan. Kecuali jika khawatir timbul fitnah  atau lelaki melihat wanit untuk berlezat-lezat.

Ulama besar seperti Al Qurthubi juga berkata bahwa ibnu Juwaiz Mandad (ulama besar Maliki) berkata jika seorang wanita itu cantik dan khawatir wajahnya dan telapak tangannya menimbulkan fitnah, hendaknya ia menutup wajahnya. Jika ia wanita tua atau wajahnya jelek, boleh baginya menampakkan wajahnya.
Sedangkan ulama Maliki yang mengatakan wajib adalah Al Hathab dalam kitabnya Mawahib Jaliil yakni ketahuilah jika dikhawatirkan terjadi fitnah maka wanita wajib menutup wajah dan telapak tangannya.

3. Mahdzab Syafi’i
Madzab syafi’i tidak hanya mengatakan bahwa cadar hukumnya sunnah melainkan juga wajib. Seperti perkataan imam syafi’i mengenai cadar, ‘Dan wanita berbeda dengan lelaki (dalam kontek pakaian ihram) maka wanita ihramnya di wajahnya sedangkan lelaki di kepalanya. Maka lelaki boleh menutup seluruh wajahnya tanpa harus dalam kondisi darurat, namun hal ini tidak berlaku untuk wanita. Dan wanita jika ia nampak pada lelaki ajnabi (bukan mahram) dan ingin menutup diri (berhijab) dari manusia maka boleh baginya untuk menjulurkan hijabnya atau sebagian kerudungnya dari atas kepalanya dan ia merenggangkan dari wajahnya sehingga ia bisa menutup wajahnya akan tetapi tetap rennggang kain dari wajahnya namun tidak boleh mengenakan niqab.

Imam Syafi’i juga mengatakan bahwa boleh bagi wanita (yang sedang ihram) untuk merenggangkan pakaiannya dari wajahnya sehingga ia menutup diri dengan pakaian tersebut dan ia merenggangkan khimarnya lalu menjulurkannya di atas wajahnya dan tidak menyentuh wajahnya.

Dan Al-Ghazali rahimanullah mengatakan,”Jika seorang wanita keluar maka hendaknya ia menundukkan pandangannya dari memandang laki-laki. Kami tidak mengatakan bahwa wajah lelaki adalah aurat bagi wanita sebagaimana wajah wanita yang merupakan aurat bagi laki-laki maka diharamkan untuk memandang jika dikhawatirkan fitnah dan jika tidak dikhawatirkan fitnah maka tidak diharamkan. Karena para lelaki senantiasa terbuka wajah-wajah mereka sejak zaman-zaman lalu dan para wanita senantiasa keluar dengan cadar. Kalau seandainya wajah adalah aurat bagi para wanita maka tentunya para lelaki diperintahkan untuk bercadar atau dilarang untuk keluar kecuali karena darurat”

Al Imam An Nawawi rahimanullah mengatakan, “ Dan diharamkan seorang lelaki dewasa memandang aurat wanita dewasa asing, demikian juga haram memandang wajahnya dan kedua tangannya tatkala dikhawatirkan fitnah dan demikian juga haram tatkala aman dari fitnah menurut pendapat yang benar.
Ibnu Qasiim rahimanullah mengatakan, “Dan seluruh tubuh wanita mereka adalah aurat kecuali wajahnya dan kedua telapak tangannya. Dan ini adalah autaynya dalam shalat, adapun di luar shalat maka auratnya adalah seluruh tubuhnya.

4. Mahdzab Hambali
Mahdzab hambali mengatakan bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh termasuk pula dengan kukunya. Hal ini disampaikan oleh Imam Ahmad Ibnu Hambal dam Zaadul Masiir. Bahkan ulama mahdzab Hambali juga mengatakan yang sama yakni aurat perempuan adalah seluruh tubuh

Jadi ya ukhty, jelas ya mau mengenakan cadar maupun tidak itu sudah menjadi keputusan ukhtyfillah. Yang terpenting saat ini adalah gadhul bashar dan tetap istiqamah di jalan Allah. Kita sebaiknya saling menghargai selama orang tersebut sesuai dengan syari’at ya. Kalau sudah melenceng dari syari’at kita harus mengkritik dan mengingatkan serta tidak lupa untuk mendo’akan agar mendapat rahmat serta hidayah-Nya.

Kamis, 22 Februari 2018

Andaikan Aku Adalah Golongan Perempuan Tariim

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh sahabat fillah
MasyaAllah bertemu lagi ya sama author yang lamaaaa banget buat update tulisan. Kalau tidak atas dorongan adikku yang cantik disana mungkin belum update-update tulisan kali ya πŸ˜…

Baiklah, untuk memulai ceritaku kali ini sebenarnya secara pribadi ingin menceritakan perjalanan hijrah sih. Ehm, mungkin diantara kita sudah sangat familiar dengan kata hijrah untuk beberapa saat ini. Pasalnya hijrah sudah banyak terjadi baik dari orang kalangan biasa sampai artis dan yang menarik perhatian adalah Linsay Lohan yang beberapa waktu lalu sempet heboh karena menggenggam Al-Qur’an dan mengenakan hijab. Masya Allah

Mungkin hijrah sudah saya singgung di tulisan-tulisan yang sebelumnya, namun kali ini hijrah yang saya lakukan adalah bentuk implementasi yang sudah sempat saya singgung di tulisan 2017 lalu. Ya, yakni cadar, Alhamdulillah dengan kehendak Allah hidayah itu menghampiri saya dan mendorong saya untuk mengenakan cadar. Sebenarnya untuk mengenakan cadar sudah ada niatan sejak 2016 lalu namun belum ada kekuatan mental agar sanggup mengenakan cadar. Akhirnya sebagai solusi pengganti cadar saya kemana-mana mengenakan masker.

2018 menjadi awal tahun saya mengenakan cadar, hal ini bukan karena sekedar keinginan saja melainkan ada alasan yang kuat untuk menggunakan selembar kain penutup wajah ini. Alasan mengenakan cadar semakin mengganggu pikiran dan mulai mengusik batin saya pada tahun 2017.

Awalnya saya hanya sekedar ingin mengenakan cadar karena melihat orang bercadar rasanya menenangkan dan terasa adem. Muncul rasa kekaguman pada saat itu, namun lama kelamaan semua itu berubah. Saya merasakan bahkan apa yang Rasulullah sabdakan itu memang benar adanya yakni perempuan adalah fitnah bagi laki-laki di akhir zaman. Ketika keluar rumah, rasanya semakin tidak nyaman karena sering digoda oleh laki-laki karena paras ini. Jujur, saya sangat bersyukur Allah mengkaruniai paras yang sempurna (maksudnya tidak mengalami cacat) namun disisi lain paras ini adalah sebuah cobaan bagi saya. Dengan paras ini, tidak sedikit laki-laki yang tergoda dan akhirnya muncul rasa suka. Muncullah rasa bersalah bahkan setiap digoda laki-laki, di rumah saya menangis mengingat kejadian itu. Rasa bersalah itu karena saya yang menyebabkan mereka berdosa, karena saya membiarkan mereka untuk melihat saya dan akhirnya menimbulkan syahwat, astaghfirullah. Mungkin pernyataan tersebut dianggap lebay untuk sebagian orang namun ini adalah apa yang saya alami.

Membicarakan cadar, saya sangat bersyukur saat ini cadar ataupun pakaian syar’i sudah bukan menjadi hal yang tabu di masyarakat. Namun, yang menjadi kesalahan adalah sebagian orang banyak yang menggunakan penampilan ini menjadi terkesan tabaruj karena dikenakan untuk mendapatkan pujian –semoga mereka segera mendapatkan hidayah, aamiin-. Ya, banyak orang yang mengenakan cadar atau pakaian syar’i hanya sekedar tren fashion. Kok bisa saya bilang semacam itu sih? Saya memang baru mengenakan cadar namun fenomena ini datang bertepatan ketika saya mengenakan cadar. Padalah esensi cadar itu tidak hanya sekedar fashion saja melainkan lebih dari itu yakni sebagai menjaga diri dari pandangan lawan jenis.

Fenomena yang mulai meracuni bagi para muslimah yang bercadar adalah foto selfie, Ya Allah fenomena ini sudah sangat menjamur bahkan banyak kok selebgram yang bercadar dengan alasan langkah tersebut merupakan dakwah –semoga Allah segera menyadarkan mereka-. Tahu tidak ukhty? Di luar sana banyak orang berpenyakit, orang yang mudah terpancing syahwatnya hanya karena melihat mata dari orang bercadar. Mereka banyak yang merasa penasaran bahkan muncul birahi untuk ‘maaf’ sex dengan orang bercadar karena rasa penasaran tersebut. Na’udzubillah min dzalik. Semoga kita dijauhkan dari orang-orang semacam ini. Aamiin. Maka dari itu, jika bercadar sebaiknya benar-benar menjaga diri. Berpenampilan sewajarnya dan tidak tabaruj (bagian mata dihias mulai dari celak yang meruncing kayak cleopatra, kontak lensa, alis yang dipercantik dan yang lainnya). Sebaiknya ketika keluar tidak mengenakan riasan yang berlebihan cukup sewajarnya saja seperti bedak dan pelembab bibir, kalaupun bercadar di bagian mata tidak perlu dihias dengan tampilan yang aneh-aneh agar terlihat cantik.

Jika membahas cadar atau niqob, saya jadi teringat dengan perempuan-perempuan Tariim yang ada di Yaman. Masya Allah, mereka itu ibarat perempuan-perempuam surga yang sedang berjelajah di dunia ini. Akhlaknya sangat mulai, perilakunya sangat anggun dan tutur katanya yang lembut. Cerminan muslimah yang benar-benar sangat menginspirasi setiap muslimah di dunia termasuk saya pribadi.
Berdasarkan cerita yang pernah saya dengar, mereka bukanlah seperti perempuan pada umumnya. Obrolan yang mereka bicarakan tidak terlepas dari masalah tauhid mulai dari simak Al-Qur’an, membahas mengenai hadis hingga fiqh. Masya Allah luar biasa indah kan? Andaikan saya disana untuk sehari saja, saya sangat bersyukur karena bisa berkecimpung dengan calon penghuni surga.

Menariknya dari perempuan Tariim adalah mereka tidak pernah menyebutkan namanya karena tidak ingin disalahgunakan oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab untuk memfitnahnya. Tidak hanya itu, mereka pun selalu gadhul bashar dan memilih jalan lain ketika disana terdapat seorang atau sekumpulan ikhwan. Masya Allah mulai sekali kan akhlak mereka.

Jujur saya sangat iri dengan mereka mulai dari ilmu hingga akhlak mereka, masya Allah. Iri untuk meningkatkan ibadah boleh kan? Hehehe. Iya gapapa kok karena disanalah letak iman kita. Keinginan kita untuk charge iman untuk lebih dekat dengan-Nya. Namun yang paling penitng adalah memikirkan diri sendiri, sudah sampai mana amalan hari ini yang sudah dikerjakan, dosa apa yang sudah dilakukan dan masih banyak lagi. Sebaiknya perbanyak istighfar karena istighfar itu akan memberikan jalan keluar bagi yang mengamalkannya, Insya Allah.

Dari perempuan-perempuan Tariim kita bisa belajar banyak hal karena disana kita bisa melihat sosok Aisyah, Fatimah, Khadijah dan perempuan perempuan sholehah dijaman para Nabi. Sungguh mulai akhlak yang mereka miliki, rasanya ingin seperti mereka. Disisi lain, saya juga sangat bersyukur karena lahir di negara yang mayoritas Islam dan masih dimudahkan untuk menjalankan ibadah.

Sebagai introspeksi, saya yang sedang hijrah untuk bercadar ini juga masih banyak memiliki kesalahan. Tidak lantas orang bercadar itu berakhlak mulia sehingga harus sempurna, namun semakin menjaga diri maka akhlaknya pun juga harus diperbaiki menjadi lebih baik lagi. Terkadang kita menjumpai orang bilang, “Orang tuh jadi diri sendiri nggak perlu berpakaian gede tapi jadi orang lain” Well, saya mendengar perkataan ini dari cerita seorang teman, bukankah untuk jadi diri sendiri seorang muslimah harus berpakaian yang diridhai Allah ya? Ya, menjadi diri sendiri seorang muslimah adalah berpakaian syar’i dan mampu menjaga dirinya dari pandangan laki-laki. Gapapa akhlak belum bener sempurna ilmu masih sedikit tapi setidaknya kita sudah melaksanakan perintah Allah sebagai seorang muslimah. Tetap hamasah ya sahabat fillah 😘

Mungkin sebagian orang belum bisa seutuhnya menerima orang menggunakan cadar dan ada pula yang masih menganggap orang bercadar itu teroris atau perempuan fanatik. Ya, orang bercadar orang berpakaian syar’i memang fanatik. Fanatik kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak ada yang salah kan? Untuk bisa meningkatkan pandangan masyarakat bahwa orang bercadar itu bukan apa yang seperti yang mereka sangka adalah kita memberikan contoh yang baik mulai dari perilaku, tutur kata maupun yang lainnya. Dengan demikian, kita sebagai orang bercadar Insya Allah bisa diterima dengan baik di lingkungan masyarakat. Pada umumnya, orang bercadar dianggap sebagai seorang teroris atau yang lain karena mereka sangat menjaga jarak dan lebih banyak berdiam diri di rumah, hal ini nggak salah ukhty fillah namun ingat bahwa kita juga punya tetangga sehingga kita harus bersosialisasi dan tetap menjaga ukhuwah. Menjadi orang ramah, menjaga perilaku dan bertutur baik dalam masyarakat, Insya Allah masyarakat bisa menerima dengan baik.

Jadi, masih ragu untuk hijrah? Tak apa hijrah penampilan dulu, akhlak nanti sambil jalan kok. Dari luar nanti dengan sendirinya ingin memperdalam agama, memperbaiki akhlak dan bonusnya dapet temen yang jauh lebih sholehah. 😍

Mungkin, itu dulu kali yang bisa saya ceritakan. Yah walaupun cuman sekelumit curhatan sih lebih tepatnya. πŸ˜… Afwan ya sahabat fillah kalau ada kesalahan kata atau yang lainnya, itu sepenuhnya kesalahan dari saya pribadi πŸ™ Semoga Bermanfaat😊
Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabaratuh

Sabtu, 14 Oktober 2017

Saya Akan Gagal Sebagai Perempuan Jika...

Assalamu’aikum warrahmatullahi wabarakatuh

Maafkan kalau isi blog saya banyak menceritakan pengalaman diri saya sendiri. Karena saya menuliskan semua itu sebagai pengingat bahwa dulu saya pernah berjanji ini, ini dan ini. Dengan menuliskannya disini, saya bisa mengingat kembali dan mencoba mengoreksi diri saya apa yang sudah saya tinggalkan. Jikapun ada yang saya tinggalkan, saya mencoba untuk kembali menjadi diri saya yang dulu. Tidak hanya untuk saya pribadi saja, namun saya juga ingin berbagi ke temen-temen semoga dengan tulisan saya juga bisa menginspirasi untuk menjadi orang yang lebih baik lagi.
Kali ini saya menulis sesuatu hal yang sangat sensitif. Mungkin beberapa akhwat juga pernah melakukannya dan merasakan hal yang sama, maybe. Ini adalah sebuah tulisan untuk mengingatkan diri saya ketika berhadapan dengan lawan jenis. Yang saya maksudkan disini adalah pujian. Ya, mungkin kita semua pernah sekali, dua kali atau lebih mendapatkan pujian dari laki-laki dan pastinya itu hanya gombal saja atau bisa dibilang modus.

Temen-temen, saya yakin kecantikan kalian itu memang berbeda dengan bidadari surga jika kalian patuh dengan Allah. Walaupun kita banyak dosa, selagi kita punya kesempatan kapan kita bisa bertaubat.

Baiklah, kembali ke topik sebelumnya bahwa kadang kita terlena dengan pujian seorang laki-laki. Kita terlena dan secara tidak sadar kita menjurus ke ujub. Astahgfirullah. Kita menganggap bahwa pujian adalah pujian dan membuat kita semakin melayang dan merasa kurang. Dengan rasa yang ingin tampil lebih baik dan selalu menampakkan diri ke sosial media dengan cara mengupload foto selfie agar dapat pujian dari laki-laki, itu apa? Siapa yang bakal mendapatkan pahala dari itu? Justru perilaku seperrti itu malah menenggelamkan diri kamu sebagai perempuan.

Jujur, saya merasa gagal ketika ada laki-laki yang baik sengaja ataupun tidak sengaja memuji, melihat dengan tatapan yang berbeda dan sebagainya. Saya gagal jadi seorang perempuan yang sesuai dengan perintah Allah. Kenapa gagal? Karena, saya seorang perempuan akhir zaman yang mana perempuan akhir zaman adalah fitnah terbesar bagi laki-laki. Kalau saya saja sudah membuat mereka terlena, apalah diri ini ternyata fitnah itu benar-benar kejam. Saya merasa berdosa ketika laki-laki  tidak bisa menjaga pandangannya karena saya. Saya merasa hina saya merasa gagal saya merasa begitu menyedihkan dihadapan Allah ketika dihadapkan dengan pujian semacam itu.

Kenapa perempuan akhir zaman itu adalah fitnah bagi laki-laki, saya tidak merendahkan diri saya ataupun kalian justru itu mengingatkan saya bahwa penghuni neraka paling banyak adalah perempuan. Adapun kejelasan mengenai perempuan sebagai berikut,

Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “ Aku tidaklah meninggalkan cobaan yang lebih membahayakan bagi laki-laki selain dari (cobaan berupa) wanita”  Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Kenapa perempuan itu begitu menakutkan, karena sebenarnya perempuan itu istimewa. Perempuan itu berlian dan perempuan dunia itu bahkan jauh lebih cantik daripada bidadari surga. Tapi jika perempuan sudah terjerumus dalam kesesatan, Subhanallah itu menjadi fitnah bener-bener fitnah yang paling nyata ketika di dunia.

Berlenggak-lenggok dengan pakaian ketat, rambut tergerai, riasan tebal, perhiasan dimana-mana bahkan pakaiannya pun sangat minim. Naudzubillah, ini lah yang menjadi salah satu perilaku yang harus dihindari oleh seorang muslimah.

Sudah saya singgung bahwa perempuan itu berlian, tentu kita sudah mendengarkan kisah Khadijah. Dari Khadijah kita bisa belajar banyak dari beliau untuk menjadi istri yang shalihah, seorang muslimah yang taat kepada Allah, dia adalah berlian. Maka dari itu, untuk menjadi berlian kita juga harus menjaga diri kita sendiri, menjauhi apa yang Dia larang, menjaga jarak dengan laki-laki bukan mahramnya, taat kepada suami selama suami tersebut taat kepada Allah dan masih banyak lagi.

Itu lah salah satu kesedihan saya, saya sedih saya takut ketika laki-laki memuji tapi saya lebih takut ketika Allah membenci saya.

Tulisan ini adalah cerita kesedihan saya yang kesekian dan kesekian. Saya menuliskannya karena saya ingin berbagi karena saya ingin mengingatkan diri saya pribadi dan kalian. Maafkan jika tulisan saya menyinggung kalian

Dari beberapa tulisan saya, apakah temen-temen ada masukan? Atau temen-temen ukhtifillah bisa berbagi pengalamannya tentang hal yang sama kepada saya 😊

Semoga yang membaca tulisan ini selalu dirahmati Allah subhanahu wata'ala. Aamiin

Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh