Kamis, 24 Oktober 2013

[Artikel] Modernitas Pemuda Kini

Bung Karno yang selalu berujar “ Aku butuh sepuluh pemuda maka aku akan guncangkan dunia” seolah-olah hilang ditelan bumi. Perkataan itu kini hanya sebagai kiasan semata, jati diri pemuda yang dulu berapi-api telah hilang. Bagaimana tidak ? Kehidupan pemuda sekarang telah dimanjakan dengan kemajuan teknologi serta globalisasi yang mampu menggoyangkan semangat serta rasa nasionalis mereka. Bahkan, tak jarang dari mereka lupa dengan sejarah.
            Segala aspek kehidupan telah dipengaruhi dengan budaya barat yang notabene berbeda dengan ideologi dari Indonesia. Modernisasi mulai menggerogoti setiap tulang rusuk dari orang pribumi. Sedikit demi sedikit kita terjajah tanpa kita sadari.
            Sikap Generasi Kini
            Pandangan dan sikap hidup yang bersangkutan dengan kehidupan kini, mayoritas dipengaruhi oleh kehidupan modern. Sedangkan kehidupan modern adalah kehidupan yang didominasi oleh peradaban barat, inilah maksud modernitas. Tidak jauh dengan pengertian tersebut, jika kita teropong lebih dalam pemuda sekarang sedang mengalami modernitas yang cara pandang serta sikap mereka berbeda dengan kehidupan orang Indonesia.
            Cara pandang pemuda yang kini tidak ingin hidup sulit namun menginginkan semua hal yang instan bukanlah jati diri yang diinginkan oleh para pemuda terdahulu. Mereka mencoba mempertahankan Indonesia agar terlepas dari jajahan Belanda maupun Jepang maka terciptalah hari Sumpah Pemuda yang selalu diperingati  tanggal 28 Oktober. Tidakkah iri jika kita melihat perjuangan serta semangat mereka yang pantang menyerah meraih milik mereka kembali.
            Segala pengaruh yang datang seperti narkoba, datangnya budaya luar serta kemajuan teknologi memberikan dampak kehidupan yang besar kepada generasi yang sekarang. Karakter sebagai orang Indonesia mulai hilang sehingga menjadilah kita termasuk budaya pop. Seseorang mulai meniru segala sikap, cara berpakaian serta cara pandangan mereka terhadap budaya asing.
            Begitu pula dengan aksi pemuda atau mahasiswa yang kurang tepat dalam mengkritik pemerintah seperti berdemo dengan tujuan menyampaikan aspirasi mereka namun tidak melihat dampak di sekitar mereka. Jika kita melihat pemuda dulu, mereka selalu memikirkan dengan matang sebelum melakukan tindakan, selalu bermusyawarah menentukan jalan mana yang terbaik. Pemuda sepatutnya sebagai penyelamat rakyat bukan sebagai pelaku provokator.
            Jalan Keluar
            Setiap tanggal 28 Oktober selalu diperingati sebagai hari sumpah pemuda, guna memperingatkan generasi kini dalam sejarah pemuda yang bersemangat untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Yang mengaku bertanah air Indonesia, berbahasa Indonesia serta berbangsa Indonesia.
            Untuk menyelamatkan generasi sekarang agar tidak terlena dalam putaran globalisasi maka sepatutnya orang tua selalu mengingatkan kepada mereka akan pentingnya sejarah. Dengan sejarah, secara tidak sadar rasa cinta mereka terhadap Indonesia akan terbentuk. Keadaan psikologis mereka dengan kedekatan orang tua pun juga akan semakin erat karena bentuk perhatian orang tua yang selalu dibutuhkan oleh anak.
            Selain dalam mengingatkan sejarah, agar tidak terjerumus dalam hal yang negatif seperti narkoba maka penting sekali dalam memilih pergaulan. Sekedar informasi, Indonesia merupakan persinggahan utama dalam penyebaran narkoba maka dari itu, banyak berita yang selalu bermunculan dalam hal penemuan narkoba yang disendupkan. Pergaulan sangat penting dalam menentukan kehidupan seseorang.

            Intinya, sebagai generasi penerus perlulah kita mempelajari dan mengetahui sejarah. Jangan sampai terjerumus kedalam modernitas barat serta mampu memfilter budaya yang masuk tanpa permisi.

terbit di Swara Kampus (Kedaulatan Rakyat)