Kamis, 22 Februari 2018

Andaikan Aku Adalah Golongan Perempuan Tariim

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh sahabat fillah
MasyaAllah bertemu lagi ya sama author yang lamaaaa banget buat update tulisan. Kalau tidak atas dorongan adikku yang cantik disana mungkin belum update-update tulisan kali ya πŸ˜…

Baiklah, untuk memulai ceritaku kali ini sebenarnya secara pribadi ingin menceritakan perjalanan hijrah sih. Ehm, mungkin diantara kita sudah sangat familiar dengan kata hijrah untuk beberapa saat ini. Pasalnya hijrah sudah banyak terjadi baik dari orang kalangan biasa sampai artis dan yang menarik perhatian adalah Linsay Lohan yang beberapa waktu lalu sempet heboh karena menggenggam Al-Qur’an dan mengenakan hijab. Masya Allah

Mungkin hijrah sudah saya singgung di tulisan-tulisan yang sebelumnya, namun kali ini hijrah yang saya lakukan adalah bentuk implementasi yang sudah sempat saya singgung di tulisan 2017 lalu. Ya, yakni cadar, Alhamdulillah dengan kehendak Allah hidayah itu menghampiri saya dan mendorong saya untuk mengenakan cadar. Sebenarnya untuk mengenakan cadar sudah ada niatan sejak 2016 lalu namun belum ada kekuatan mental agar sanggup mengenakan cadar. Akhirnya sebagai solusi pengganti cadar saya kemana-mana mengenakan masker.

2018 menjadi awal tahun saya mengenakan cadar, hal ini bukan karena sekedar keinginan saja melainkan ada alasan yang kuat untuk menggunakan selembar kain penutup wajah ini. Alasan mengenakan cadar semakin mengganggu pikiran dan mulai mengusik batin saya pada tahun 2017.

Awalnya saya hanya sekedar ingin mengenakan cadar karena melihat orang bercadar rasanya menenangkan dan terasa adem. Muncul rasa kekaguman pada saat itu, namun lama kelamaan semua itu berubah. Saya merasakan bahkan apa yang Rasulullah sabdakan itu memang benar adanya yakni perempuan adalah fitnah bagi laki-laki di akhir zaman. Ketika keluar rumah, rasanya semakin tidak nyaman karena sering digoda oleh laki-laki karena paras ini. Jujur, saya sangat bersyukur Allah mengkaruniai paras yang sempurna (maksudnya tidak mengalami cacat) namun disisi lain paras ini adalah sebuah cobaan bagi saya. Dengan paras ini, tidak sedikit laki-laki yang tergoda dan akhirnya muncul rasa suka. Muncullah rasa bersalah bahkan setiap digoda laki-laki, di rumah saya menangis mengingat kejadian itu. Rasa bersalah itu karena saya yang menyebabkan mereka berdosa, karena saya membiarkan mereka untuk melihat saya dan akhirnya menimbulkan syahwat, astaghfirullah. Mungkin pernyataan tersebut dianggap lebay untuk sebagian orang namun ini adalah apa yang saya alami.

Membicarakan cadar, saya sangat bersyukur saat ini cadar ataupun pakaian syar’i sudah bukan menjadi hal yang tabu di masyarakat. Namun, yang menjadi kesalahan adalah sebagian orang banyak yang menggunakan penampilan ini menjadi terkesan tabaruj karena dikenakan untuk mendapatkan pujian –semoga mereka segera mendapatkan hidayah, aamiin-. Ya, banyak orang yang mengenakan cadar atau pakaian syar’i hanya sekedar tren fashion. Kok bisa saya bilang semacam itu sih? Saya memang baru mengenakan cadar namun fenomena ini datang bertepatan ketika saya mengenakan cadar. Padalah esensi cadar itu tidak hanya sekedar fashion saja melainkan lebih dari itu yakni sebagai menjaga diri dari pandangan lawan jenis.

Fenomena yang mulai meracuni bagi para muslimah yang bercadar adalah foto selfie, Ya Allah fenomena ini sudah sangat menjamur bahkan banyak kok selebgram yang bercadar dengan alasan langkah tersebut merupakan dakwah –semoga Allah segera menyadarkan mereka-. Tahu tidak ukhty? Di luar sana banyak orang berpenyakit, orang yang mudah terpancing syahwatnya hanya karena melihat mata dari orang bercadar. Mereka banyak yang merasa penasaran bahkan muncul birahi untuk ‘maaf’ sex dengan orang bercadar karena rasa penasaran tersebut. Na’udzubillah min dzalik. Semoga kita dijauhkan dari orang-orang semacam ini. Aamiin. Maka dari itu, jika bercadar sebaiknya benar-benar menjaga diri. Berpenampilan sewajarnya dan tidak tabaruj (bagian mata dihias mulai dari celak yang meruncing kayak cleopatra, kontak lensa, alis yang dipercantik dan yang lainnya). Sebaiknya ketika keluar tidak mengenakan riasan yang berlebihan cukup sewajarnya saja seperti bedak dan pelembab bibir, kalaupun bercadar di bagian mata tidak perlu dihias dengan tampilan yang aneh-aneh agar terlihat cantik.

Jika membahas cadar atau niqob, saya jadi teringat dengan perempuan-perempuan Tariim yang ada di Yaman. Masya Allah, mereka itu ibarat perempuan-perempuam surga yang sedang berjelajah di dunia ini. Akhlaknya sangat mulai, perilakunya sangat anggun dan tutur katanya yang lembut. Cerminan muslimah yang benar-benar sangat menginspirasi setiap muslimah di dunia termasuk saya pribadi.
Berdasarkan cerita yang pernah saya dengar, mereka bukanlah seperti perempuan pada umumnya. Obrolan yang mereka bicarakan tidak terlepas dari masalah tauhid mulai dari simak Al-Qur’an, membahas mengenai hadis hingga fiqh. Masya Allah luar biasa indah kan? Andaikan saya disana untuk sehari saja, saya sangat bersyukur karena bisa berkecimpung dengan calon penghuni surga.

Menariknya dari perempuan Tariim adalah mereka tidak pernah menyebutkan namanya karena tidak ingin disalahgunakan oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab untuk memfitnahnya. Tidak hanya itu, mereka pun selalu gadhul bashar dan memilih jalan lain ketika disana terdapat seorang atau sekumpulan ikhwan. Masya Allah mulai sekali kan akhlak mereka.

Jujur saya sangat iri dengan mereka mulai dari ilmu hingga akhlak mereka, masya Allah. Iri untuk meningkatkan ibadah boleh kan? Hehehe. Iya gapapa kok karena disanalah letak iman kita. Keinginan kita untuk charge iman untuk lebih dekat dengan-Nya. Namun yang paling penitng adalah memikirkan diri sendiri, sudah sampai mana amalan hari ini yang sudah dikerjakan, dosa apa yang sudah dilakukan dan masih banyak lagi. Sebaiknya perbanyak istighfar karena istighfar itu akan memberikan jalan keluar bagi yang mengamalkannya, Insya Allah.

Dari perempuan-perempuan Tariim kita bisa belajar banyak hal karena disana kita bisa melihat sosok Aisyah, Fatimah, Khadijah dan perempuan perempuan sholehah dijaman para Nabi. Sungguh mulai akhlak yang mereka miliki, rasanya ingin seperti mereka. Disisi lain, saya juga sangat bersyukur karena lahir di negara yang mayoritas Islam dan masih dimudahkan untuk menjalankan ibadah.

Sebagai introspeksi, saya yang sedang hijrah untuk bercadar ini juga masih banyak memiliki kesalahan. Tidak lantas orang bercadar itu berakhlak mulia sehingga harus sempurna, namun semakin menjaga diri maka akhlaknya pun juga harus diperbaiki menjadi lebih baik lagi. Terkadang kita menjumpai orang bilang, “Orang tuh jadi diri sendiri nggak perlu berpakaian gede tapi jadi orang lain” Well, saya mendengar perkataan ini dari cerita seorang teman, bukankah untuk jadi diri sendiri seorang muslimah harus berpakaian yang diridhai Allah ya? Ya, menjadi diri sendiri seorang muslimah adalah berpakaian syar’i dan mampu menjaga dirinya dari pandangan laki-laki. Gapapa akhlak belum bener sempurna ilmu masih sedikit tapi setidaknya kita sudah melaksanakan perintah Allah sebagai seorang muslimah. Tetap hamasah ya sahabat fillah 😘

Mungkin sebagian orang belum bisa seutuhnya menerima orang menggunakan cadar dan ada pula yang masih menganggap orang bercadar itu teroris atau perempuan fanatik. Ya, orang bercadar orang berpakaian syar’i memang fanatik. Fanatik kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak ada yang salah kan? Untuk bisa meningkatkan pandangan masyarakat bahwa orang bercadar itu bukan apa yang seperti yang mereka sangka adalah kita memberikan contoh yang baik mulai dari perilaku, tutur kata maupun yang lainnya. Dengan demikian, kita sebagai orang bercadar Insya Allah bisa diterima dengan baik di lingkungan masyarakat. Pada umumnya, orang bercadar dianggap sebagai seorang teroris atau yang lain karena mereka sangat menjaga jarak dan lebih banyak berdiam diri di rumah, hal ini nggak salah ukhty fillah namun ingat bahwa kita juga punya tetangga sehingga kita harus bersosialisasi dan tetap menjaga ukhuwah. Menjadi orang ramah, menjaga perilaku dan bertutur baik dalam masyarakat, Insya Allah masyarakat bisa menerima dengan baik.

Jadi, masih ragu untuk hijrah? Tak apa hijrah penampilan dulu, akhlak nanti sambil jalan kok. Dari luar nanti dengan sendirinya ingin memperdalam agama, memperbaiki akhlak dan bonusnya dapet temen yang jauh lebih sholehah. 😍

Mungkin, itu dulu kali yang bisa saya ceritakan. Yah walaupun cuman sekelumit curhatan sih lebih tepatnya. πŸ˜… Afwan ya sahabat fillah kalau ada kesalahan kata atau yang lainnya, itu sepenuhnya kesalahan dari saya pribadi πŸ™ Semoga Bermanfaat😊
Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabaratuh